Ikhlas
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ”.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً.
اَمَّابَعْدُ
Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala
dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang
diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga,
sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimani wa
rahimakumullah
Sesungguhnya tujuan utama agama
Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ أُمِرُوْآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ
Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS. Al
Bayyinah: 5).
Lalu apa yang dimaksud dengan keikhlasan.
Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan sesuatu dan
membersihkannya dari campuran.
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan
niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap
siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya.
Dzun Nun al-Mishriy rahimahullah berkata: “Tiga
tanda keikhlasan adalah: (1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang
terhadapnya, (2) Lupa melihat amal dalam beramal, (3) Dan mengharapkan pahala
amalnya di akhirat.”
Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah asas keberhasilan dan keberuntungan di
dunia dan akhirat. Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat
ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh
tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh
karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati,
tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhaa
ka’adamihaa” (keberadaannya sama seperti ketidakadaannya).
Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di
samping sesuai dengan sunah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadis
Qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ
الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ
وَشِرْكَهُ
“Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang
beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan
syirknya.” (HR. Muslim).
Tempat Ikhlas
Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi
baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya,
jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah
(agar dikenal), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub (bangga diri)
dsb. maka akan rusaklah seluruh jasadnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ .
“Apabila hati menjadi baik, maka akan baik pula seluruh
jasadnya, dan apabila hati menjadi rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh
amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma’ruf dan
nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya. Ibnu Mas’ud radhiallahu
‘anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal; agar dapat
mengalahkan orang-orang tidak tahu, agar dapat mendebat para fuqaha’ dan
agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian. Niatkanlah dalam kata-kata
dan perbuatan kalian untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah, karena hal
itu akan kekal, adapun selainnya akan hilang.”
Buah yang Dihasilkan dari Keikhlasan
Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak,
seorang yang ikhlas dalam mengucapkan laa ilaaha illallah, maka Allah
akan mengharamkan neraka baginya. Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan
ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu
agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang
yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan.
Perhatikanlah kisah tiga orang yang bermalam di sebuah
gua, lalu jatuh sebuah batu besar menutupi gua tersebut, sehingga mereka
tidak bisa keluar. Masing-masing mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan
amal shalih yang mereka kerjakan dengan ikhlas, akhirnya Allah menyingkirkan
batu tersebut dari gua, hingga mereka semua bisa keluar. Ini sebuah contoh buah
dari keikhlasan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ،
الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ،
وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ
الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ,اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ
بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ
وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ
No comments:
Post a Comment